Sebenarnya Kita Saling Mencintai



Apa yang terjadi di antara kita, di antara kata-kata dan segala tingkah rupa yang ada, semuanya karena kita saling mencintai. Hanya saja, kita memang dicipta dan ditentukan untuk punya ragam perbedaan. Agama, budaya, suku, buku bacaan, musik, film, teman sepermainan, pola asuh orang tua, pendidikan, banyak!



Komponen-komponen itu tersusun seperti kepingan puzzle yang akhirnya membentuk pola pikir kita yang tak utuh-utuh amat. Seisi bumi ini kita telan pun tak lantas membuat kita jadi si paling tahu atau si paling benar. Kita selalu dan pasti tak bisa sempurna. Pikiran kita tak mungkin mulus benar tanpa cacat, kemungkinan salah pikir itu selalu ada.

Kamu dengan pemikiran mu, mengasihani pikiran ku yang berbeda dengan mu, yang menurut mu konyol, karena dari segala ilmu yang kau reguk selama ini, kamu yakin bahwa asumsi mu itu benar, asumsi mu itu yang paling bagus untuk kebahagiaan kita.

Aku dengan segala pemikiran ku pun kasihan pada mu. Merasa engkau telah hilang arah dan tersesat di belantara penuh logika yang sering salah kaprah. Apa yang ku pelajari selama ini, membuat ku merasa bahwa sikap-sikap yang ku lakukan ini lah yang nantinya mampu menyelamatkan kita.

Hei, bukankah berarti aku dan kamu punya tujuan sama, KITA.

Lantas harus bagaimana kita?

Tetaplah menjadi kamu. Kuijinkan segala rasa kasihan mu pada ku. Ku ijinkan rasa sedih mu terhadap langkah-langkah yang ku ambil. Namun ku mohon doa, doa yang baik dari mu wahai teman ku yang baik.

Langkah-langkah kita bisa saja tak searah, namun selama kita percaya bahwa doa baik akan menemukan frekwensi terbaiknya dan terhimpun dalam satu atap, maka kita akan tetap baik-baik saja.

Aku cinta kamu...

Sesederhana itu perbedaan kita.

Comments