Posts

Showing posts from July, 2015

Mendewasakan Rasa

Image
Siang tadi saya blog walking, dan menemukan tulisan menarik milik teman. Katanya laki-laki itu ceroboh, mereka ceroboh dalam menebar harapan, menaruh hati di segala penjuru. Saya tersenyum membacanya, tentu saja saya tidak berhak menghakimi laki-laki karena saya bukan lelaki dan saya tidak tahu bagaimana menjadi mereka, namun jika diminta untuk mewakili perempuan mungkin saya bisa. Tidak mewakili sebagian besar tentu saja, bahkan mungkin hanya saya satu-satunya. Jika laki-laki dianggap ceroboh dalam menebar perhatian, maka wanita adalah makhluk yang teledor dalam menerimanya. Gayung bersambut bukan? Umpan yang disebar itu di tangkap tanpa filter. Kami tidak punya jaring-jaring rasa yang mampu memilah mana perhatian yang tulus, mana perhatian yang dikirim secara berjamaah kepada banyak perempuan.  Lalu diam-diam perhatian itu dianggap sebagai sesuatu yang serius, sesuatu yang menyemai harap, padahal si laki-laki sudah lupa dengan apa yang dia lakukan. Sekali lagi saya aka

Kenapa Cinta Harus Sebegitu Begininya?

Image
Seorang pendengar datang siang ini. Sebenarnya dia adalah pendengar yang sudah terkenal namanya di kalangan kru radio. Sebut saja namanya mbak Jeng. Mbak Jeng adalah seorang pendengar yang begitu ngefans nya dengan salah satu penyiar. Tiap lebaran dia datang bersilaturahmi untuk bertemu dengan mas penyiar yang sayangnya sudah resign. Saya lupa-lupa ingat pernah bertemu atau belum, tapi yang jelas saya belum pernah ngobrol. Dan hari ini saya ngobrol lumayan panjang. Mendengar cerita dari kakaknya yang tadi turut serta membuat saya geleng-geleng. Cinta oh cinta, kenapa kamu harus sebegitu begininya? Dia naksir teman saya hanya dari mendengar suaranya saja. Di tahun 2010 ia ikut acara ke Bandung, bertemu langsung dengan teman saya tapi tidak ada interaksi apa-apa, dan begitu sampai Jogja, mbak Jeng ini mengutarakan perasaannya, yang sayang sekali bertepuk sebelah tangan karena teman saya mengaku sudah ada yang punya. Namun mbak Jeng tak berhenti berharap. Ia memupuk har

Lelaki itu Senang dan Menyenangkan

Image
Meskipun tidak sering namun saya dan teman kantor beberapa kali mampir ke sebuah toko yang menjual barang-barang untuk perempuan, mulai assesori seperti jepit rambut, parfum, buku diary yang lucu-lucu sampai pakaian atau sepatu. Toko perempuan itu ternyata tidak hanya dikunjungi oleh perempuan, banyak juga laki-laki yang turut serta. Mungkin diajak kekasihnya. Mereka duduk di sebuah kursi yang disediakan,  memasang wajah bosan yang tak berkesudahan, atau ikut pacarnya ke sana kemari sambil pasang tampang buru-buru ingin pergi. Bisa dipahami, berada di situasi serba girly mungkin membuat lelaki tidak nyaman. Seperti halnya saat perempuan anggun nan jelita harus duduk dalam sebuah tempat game online yang isinya didominasi kamu Adam.  Tapi, ada peristiwa menarik yang saya lihat kemarin. Kondisinya hampir sama, hanya saja saat itu saya sedang berada di toko busana muslimah. Beberapa bapak memang duduk saja menunggu istrinya belanja baju. Lama? Sudah pasti. Perempuan itu-- tahu b

Gelombang!

Image
Impian, kata orang harus dikejar. Namun kadang harus dialihkan untuk sesuatu yang lebih besar. Gelombang, melihat ibunya duduk di kursi teras rumah, membuka sebuah album foto usang yang diambilnya dari bawah meja. Dibuka, lalu tak berapa lama berhenti, tangan ibunya menahan di satu sisi. Matanya seperti betah berlama-lama melihat sebuah pose pada lembaran itu. Tangan  ibu menyapu segaris senyum yang tersungging di sana.Bungah, dan Gelombang tahu foto siapa yang sedang dilihat ibu. "Ayah lagi?" Gelombang menyentuh pundak ibunya, memijit perlahan-lahan.  Perempuan yang tidak lagi muda itu menyambut tangan anaknya lalu menciumnya, "selalu." "Bu," Gelombang berjalan memutar, duduk begitu saja di lantai, menyandarkan kepala di lutut ibunya. Dia sudah berusia dua lima tapi baginya tidak ada batasan waktu bagi anak yang ingin menunjukkan rasa cinta pada orang tua, "Sudah lima belas tahun, bu. Ibu tidak berniat..." "Menikah l